TAMAN BACA AWALNYA ANAK BERCERITA
Ketika datang lomba-lomba untuk kelas rendah misalnya lomba menceritakan pengalaman sehari-hari, kita sering kesulitan untuk mendapatkan bibit-bibit anak berbakat yang bisa menyampaikan sebuah cerita atau pengalaman di depan teman-temannya atau di depan umum. Beberapa anak bisa mengerjakan soal-soal jenius tetapi ketika diminta untuk maju mereka belum tentu mepunyai keberanian tampil di depan umum. Sebagian lagi ada anak-anak yang bisa bercerita atau ngobrol sesuka hati tetapi ketika diminta menceritakan pengalaman yang terstruktur berurutan mereka tidak bisa mengikuti aturan atau ada anak-anak yang tidak memiliki kemampuan untuk mengikuti ketentuan lomba tetapi memiliki minat untuk mengikuti lomba, tentu saja hasilnya akan sulit untuk mencapai posisi terbaik.
Memang sangat sulit menemukan anak-anak yang mempunyai potensi lebih untuk bisa diikutkan dalam sebuah ajang pencarian bakat. Perlu waktu yang panjang untuk mempersiapkan anak-anak yang mempunyai kelebihan dalam berbagai bidang karena tidak mungkin pengetahuan pandai berbicara dimasukan dalam waktu yang singkat. Hal kedua adalah anak-anak selama ini bersekolah di sekolah formal dengan mengahadapi berbagai disiplin ilmu secara formal yang kebanyakan hanya sedikit menyinggung pengetahuan tentang kepandaian berbicara karena harus menyelesaikan kurikulum yang terus berpacu dengan jumlah hari yang terbatas untuk sampai di akhir pembelajaran selama satu tahun ajaran.
Pembelajaran tentang kepandaian dan keberanian berbicara di depan umum belum mendapat alokasi waktu yang banyak karena harus bersaing dengan pelajaran lainnya. Namun perlombaan seakan tidak mau tahu terus diadakan karena memang sangat penting anak-anak memiliki pengetahuan dan kepandaian berani berbicara di depan umum.
Berbagai hal tidak sepenuhnya bisa di dapatkan di bangku sekolah, mungkin bagi orang-orang tertentu yang memiliki kesadaran tinggi pentingnya pengetahuan dan ketrampilan berbicara akan mencari tempat-tempat kursus dengan harga yang tentu saja tidak terjangkau oleh sebagian orang lainnya. Lalu berati kepandanaian dan ketrampilan berbicara hanya milik orang-orang yang berduit saja. Sementara orang yang berkemampuan ekonomi rendah hanya bisa pasrah saja untuk masa depan anaknya.
Mungkin ketika bersekolah di sekolah formal anak-anak merasa malu untuk menyampaikan ketrampilan berbicaranya karena memang semua serba formal penuh peraturan yang mungkin si anak merasa malu sama bu gurunya atau malu sama temannya sehingga untuk bertanya saja tidak berani apalagi untuk menyampaikan sebuah pengalaman yang memang cukup panjang.
Kita coba anak-anak kita ajak ke taman baca, dengan kondisi santai seperti bermain, belajarpun tak terasa kaku, kita ajak anak-anak kita melihat gambar-gambar dengan berbagai tampilan yang menarik atau ambilkan anak-anak kita alat peraga yang ada di taman baca , jangan minta anak-anak untuk menghafal atau melakukan sesuatu kegiatan seperti kegiatan pembelajaran di sekolahnya. Biarkann anak bermain mengambil apa saja yang ada di sana jangan dilarang kecuali membahayakan misalnya mengambil bahan belajar di tempat yang tinggi kwatir si anak kejatuhan barangnya, jangan larang anak-anak, amati saja dan tugas kita adalah melihat apa saja yang dia lakukan tersebut.
Akhirnya waktu pulang, bantu si anak membereskan apa saja yang tadi diambilnya, sambil perjalanan pulang mungkin naik motor kita bisa mengajak anak untuk menceritakan apa saja yang tadi dilakukannya. Dengan menggunakan bahasa santai sambil bercanda-canda kita pancing anak untuk menceritakan dengan bahasa yang dia kuasai tidak perlu kita paksa dengan bahasa baku atau bahasa orang dewasa. Pasti anak akan dengan senang hati menceritakan apa saja yang dilakukannya mengingat anak-anak mempunyai sikap ceria dan dalam tahap mempelajari apa saja yang dilihatnya.
Sampai di rumah biarkan anak bermain seperti biasanya bersama kawan-kawannya pasti dia akan menceritakan apa saja pengalaman tadi yang baru dilihatnya tanpa ada yang minta. Hal ini baik untuk meningkatkan daya ingat anak dan meningkatkan kemampuan berbicaranya.
Selepas malam anak-anak kita ajak untuk ngobrol bersama ayahnya jika tadi pergi ke taman baca bersama ibunya, yang penting adalah lain orang dengan yang mengajaknya ke taman baca. Kepada lain orang anak-anak akan lebih bersemangat untuk menyampaikan apa yang tadi dilihatnya, hal ini berbeda jika yang bertanya adalah orang pertama yang mengajaknya ke taman baca karena ank-anak akan merasa bosan ditanya-tanya terus. Seperti biasa biarkan anak menceritakan apa saja yang dialaminnya.
Nah bapak ibu mulailah dari hal kecil untuk membuat anak kita menjadi besar. Jangan membesar-besarkan suatu hal untuk anak-anak kita karena dia masih kecil. Jangan paksakan apapun demi kepentingan kita agar anak menjadi juara lebih baik berusaha agar anak menjadi orang besar walau saat ini belum bisa menjadi juara.
Comments
Post a Comment