PESAN UNTUK SUBARDI

https://tamanbacacerdas.blogspot.com/2015/06/taman-baca-di-tengah-masyarakat.html
PESAN UNTUK SUBARDI
Semakin kita menulis semakin mengasah kepandaian kita yang masih terpendam, menulis ibarat menggali kemampuan kita yang masih tidur lelap. Dengan menulis semua bakat dan keahlian kita yang masih terkubur didalam hati akan bertubi-tubi muncul seiring dengan rangkaian kata yang kita tulis itu akan saling memancing satu dan lainnya akan memunculkan keterkaitan sehingga buka tidak mungkin ide yang tadinya tidak terlintas tentang suatu judul atau tema akan muncul seketika ketika sedang menyelesaikan sebuah penulisan yang belum kelar.
Banyak sekali topik-tpik baru yang bermunculan yang nantinya akan saling mendukung baik  untuk melanjutkan tulisan yang bersangkutan yang sedang kita buat atau nantinya tema tersebut akan berdiri sendiri menjadi satu atau dua judul dengan maksud dan tujuan yang berbeda. Maka jelaslah bahwa menulis akan menjadi semakin mudah karena kita semakin sering menulis dan sebaliknya jika kita berhenti menulis maka seakan buntu semua ide dan pikiran kita, tak ada hal yang dapat kita tuliskan karena otak kita berhenti akibat tidak adanya kegiatan menulis yang berkesinambungan. Maka perbendaharaan kata kita yang jutaan atau milyaran kata itu seakan hilang tak  ada dalam pikiran kita.

Kita seperti orang yang tidak mengerti apa-apa dan hanya menulis itu-itu saja tanpa bisa meneruskannya. Bahkan berlembar-lembar melakukan kesalahan demi kesalahan yang kita ulang-ulang tanpa kita tahu mengapa demikian. Lalu kita menggebrak meja dan membuang kertas tulisan kita ke tempat sampah berlari ke tempat tidur dan menutup kepala dengan bantal seakan kepala adalah sumber kesalahan kita. Seolah kepala yang bebal menjadi sasaran kemarahan kita sehingga kita gagal dan gagal menulis.
Padahal saat akan menulis kita merasa topik dan tema sudah kita siapkan, rangka juga sudah kita siapkan dan bahan-bahan lainnya pendukung sudah kita kumpulkan. Tetapi mengapa terjadi kesulitan saat akan merangkaikan kata-demi kata kalimat demi kalimat dan akhirnya satu paragraf saja tidak dapat kita selesaikan.
Itulah akibat dari semua kemalasan kita karena kita malas dan malas dan menganggap nanti dan nanti serta menganggap gampang karena ini pintar. Padahal semua itu tak akan berhasil tanpa kebiasaan yang baik, berkesinambungan terus menerus dan rutin dalam berbagai hal untuk mengasah, melatih, membiasakan dan menjaga agar kemampuan menulis kita tetap stabil dan terus konsisiten serta terus mengalami kenaikan dari waktu ke waktu, baik dari segi jumlah maupun kualitas serta mengalami perubahan dari keindahan dan perbendaharaan kata yang disampaikan.
Aku lupa kalau yang kuajak ngomong adalah seorang anak yang masih sangat belia. Aku berbicara bagai sedang memberi kuliah pada para mahasiswa. Namun Subardi Slamet memang bukan anak-anak biasa tetapi ia anak yang luar biasa, kuyakinkan itu karena matanya yang nampak sayu terus menatap saya dan sesekali mengangguk tandanya ia konsentrasi mendengarkan kuliah dari saya.

Comments

Popular posts from this blog

AYO MERINTIS TAMAN BACA DI TENGAH MASYARAKAT

TAMAN BACA MEDAN PERJUANGAN

IDE MENGIRIM KARYA KE PAK JOKOWI